![]() |
Photo. Romzul Falah |
Bulan
Rekah Dalam Tarian
aku melihatmu menari-nari di bulan
menakar waktu setiap gerak lengan,
jari-jari, gerak bibir
tentu juga rebah malam ini diguguri
cahaya-cahaya
dingin yang menusuk-nusuk kehilangan
mantra
bersamaan dengan bunyi yang jatuh
perlahan
engkau yang menari aku sediakan sepucuk
kedip
dari mataku tanpa isyarat malam
aku melihatmu menari-nari di bulan
memperhitungkan berapa lama purnama
engkau setubuhi
ada bibir yang ranum, mata yang cerlang,
hidung yang mancung,
serta aku yang menunggangi waktu
Sumenep, 2019
Pada
Batas Senja Kita
kita menanam muka pada arah
masing-masing
saling diam, mencari alamat wangi hujan
kita kehilangan batas dingin waktu itu,
kecuali cahaya siluet
air menggenang, kerikil mungil,
sedikit burung terbang di kejauhan atau
juga kupu-kupu.
kita memasrahkan kata-kata pada diam
pada punggung yang saling beradu sentuh,
sedikit,
pada aroma parfum seharga senja di
bangku taman
dingin yang kita tenung
lembab tanah menggerogoti telapak kaki
yang kaku
adalah cara kisah mulai diciptakan
pelan-pelan
sampai pada batas senja
kita masih pasrah pada arah yang tak mau
dipertemukan
menyia-nyiakan waktu yang getarnya
memompa-mompa dada
hingga degupnya
kita rasakan begitu menyakitkan,
terutama dadaku.
Sumenep, 2019
Menyiapkan
Pesta Malam
Di dapur aku meracik bumbu
Memasak sayur hasil panen di belakang
rumah
Aku merencanakan pesta kecil mala mini
Ada masakan hati luka, telur mata
kenangan,
Kuah air mata, sambal pedas, serta lauk
kangen,
Sayur siksa panjang semua menjadi menu
Tidak ada aroma lain dari wajah piring
selain bedakmu
Penyedap rasa tanpa campuran bawang
putih
Tanpa gula pemanis atau pengawet makanan
Engkau menu sepi malam ini
Dalam pesta sendiri
Dalam instrumen bunyi angin
Juga detak jam dinding penanda masakan telah matang
Sumenep, 2019
Pengantar
Tidur
Aku akan tidur dengan doa
Yang tak lupa kubacakan:
Semoga nyenyak, tenang,
Dan pagiku esok menyenangkan
Aku pasti tidur tanpa ragu
Mendoakan malam ini
Tidak hanya tentang mimpi
Melainkan semoga engkau
Terjaga dari sentuhan lelaki
Selain aku tentunya.
Sumenep, 2019
Instrumentalia
Hujan
Untuk hujan yang redah saat kepergianmu
Sungai-sungai tetap meluap
Air keruh seketika dan ikan-ikan
Memasang sirip lusuh dan lupa cara berenang
Kecuali selembar daun kenanga
Yang tak lupa cara jatuh
Cara meronta pada dada
Selain dingin ini dan basah-basah tanah
Adakah yang lebih gigil lagi,
Dari sekedar gemeretak tulang-tulang
sendi?
Adakah hujan yang lain,
Selain instrumentalia kepergianmu?
Untuk hujan yang membekas
Di mataku, di halaman rumah, di suatu
sore
Datanglah dengan rintik-rintik lain
Tanpa gelombang, tanpa badai, tanpa nada
ngilu
Selain basah pada muka jendela
Sumenep, 2019
Mengirim
Surat Ke Bulan
Aku memintamu sampaikan surat
Pada lelaki dan perempuan
Yang sedang bepergian ke bulan,
ke planet-planet berbekal usia
masing-masing.
Pada surat itu aku kabarkan
Bahwa bulan dan angkasa raya
Adalah kesejahteraan tanah dan pohonan,
Batu, serta kelebat hujan yang kadang
mampir
Menyampaikan rindunya pada sungai.
Cahaya tanpa silau, semesta absah
Dalam pelukan musim bersama
Sampaikan surat itu dengan benar,
Ada hikayat manusia serta peradaban
kata-kata
Di dalamnya, mimpi-mimpi dituliskan
Dengan rapi.
Sumenep, 2019
Moh. Ramzul
Falah Alfillaily, lahir di Juruan
Laok, Batuputih, tahun 2000. Merupakan alumni Pondok Pesantren Aqidah Usymuni
Terate Pandian Sumenep. Sekarang tercatat sebagai salah satu mahasiswa semester II Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) di Universitas Wiraraja Sumenep. Bergiat di UKM
Sanggar Cemara, Pabengkon Sastra Batuputih, dan Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII) Komisariat UNIJA. Saat ini puisi-puisinya terkumpul dalam
antologi puisi “Hikayat Air Mata”
(Antologi Puisi Pemuda Juruan Laok. 2017), “Yang Tak Sempat Kusampaikan
Kepadamu” (Jejak Publisher. 2017), “Ungkapan Cinta” (Jejak Publisher. 2018),
“Untukmu Yang Kusebut Rindu” (Andita Mediatama.2017), “Pucuk-Pucuk Ilalang”
(Forum Aktif Menulis(FAM) Indonesia. 2019),”Dahaga” (Oase Pustaka. 2019),
“Menenun Rinai Hujan” (Antologi Bersama Sapardi Djoko Damono. 2019). juga
dapat dinikmati di media cetak dan online seperti Kabar Madura, Radar Madura, Radar Pagi, dan Solo Pos.